uploading... 0%
  • Kopi Arabika Sumatera Mandailing
  • SUMATERA UTARA
  • 9 September 2016
  • ID G 000000048

Karakteristik

Kopi Arabika Sumatera Mandailing” dihasilkan dari tanaman kopi arabika yang tanam di dataran tinggi tanah Mandailing meliputi ketinggian antara 900 – 1.400 mdpl. Pertanaman Kopi Arabika Sumatera Mandailing sebagian besar berada pada vegetasi sekitar hutan yang merupakan penyangga (buffer) dari Taman Nasional Batang Gadis. Pertanaman Kopi Arabika Sumatera Mandailing pun sejalan dengan upaya konservasi lahan dengan konsep Agroforestry dimana naungan yang ditanam merupakan tanaman kayu hutan dan tanaman naungan yang sengaja di tanam dan memiliki morfologi yang sesuai untuk. Disamping itu juga merupakan upaya pemberdayaan masyarakat yang berada dipinggiran Taman Nasional Batang Gadis.  

Lingkungan

Kabupaten Mandailing Natal dalam konstelasi regional berada di bagian selatan wilayah Provinsi Sumatera Utara pada lokasi geografis 0°10' - 1°50' Lintang Utara dan 98°50' - 100°10' Bujur Timur ketinggian 0 – 2.145 m di atas permukaan laut. Kabupaten ini merupakan bagian paling selatan dari Provinsi Sumatera Utara dan berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Barat.  

Batas Wilayah

Batas-batas wilayah kabupaten ini adalah :  Batas bagian Utara : Kabupaten Tapanuli Selatan  Batas bagian Timur : Kabupaten Padang Lawas  Batas bagian Selatan : Provinsi Sumatera Barat  Batas bagian Barat : Samudera Indonesia

Sejarah

Dari beberapa sumber didapatkan kalau kita telusuri sedikit riwayatnya bahwa Kopi Arabika, dibawa oleh bangsa Belanda ke Indonesia tahun 1699. di tanah Mandailing tepatnya Kecamatan Pakantan adalah daerah perkebunan Kopi Arabika pertama di Sumatera. VOC masuk ke Tanah Mandailing tepatnya di Kecamatan Pakantan melakukan aktivitas perdagangan kopi serta pertanaman kopi dengan memanfaatkan tenaga kerja dari masyarakat sekitar. Masuknya VOC di Kecamatan Pakantan melaksanakan pertanaman kopi Arabika dengan benih yang di introduksi dari pulau Jawa. Pada masyarakat kopi Mandialing lebih dikenal dengan sebutan Kopi Jawa, Kopi Arab (Pakantan), Kopi Godang (Ulu Pungkut). Menurut buku ‘All About Coffee’ karya William H. Ukers (New York, 1922), kopi Mandailing dan kopi Angkola merupakan kopi terbaik dunia dan memiliki harga tertinggi di pasar internasional. Kopi Mandailing (Mandheling) dideskripsikan dalam buku tersebut sebagai berikut : the best coffee in the world, also the highest priced; formerly a Government coffee; yellow to brown, large-sized bean, dully roast but free from quakers; it is of heavy body, exquisite flavor and aroma. Sedangkan kopi Angkola (Ankola) dideskripsikan sebagai berikut : formerly a Government coffee; large fat bean, making a dull roast; second only to Mandhelings; it has a heavy body and rich, musty flavor.  

Proses Produksi

Panen dilaksanakan setelah tanaman memasuki masa produksi sekitar 3 – 4 tahun. Teknik pemanenan dilakukan secara manual dengan tangan memetik buah kopi yang sesuai kriteria panen yaitu telah berwarna merah sampai dengan merah tua. Walaupun dalam satu gumpalan biji kopi masih ada yang berwarna hijau, maka buah yang dipetik hanya yang berwarna merah dengan tujuan untuk mendapatkan buah kopi merah minimal sebesar 90% sedangkan sisanya maksimal 10% biji mengkal (biji warna kuning).Panen dilakukan pada pagi sampai siang hari, buah yang telah dipetik dikumpulkan dalam keranjang, dalam proses panen sekaligus dilakukan sortasi alamiah yaitu memisahkan buah yang merah sehat dengan buah yang sakit (lewat matang, kering karena terserang OPT). Biji kopi yang telah dipanen selanjutnya dikumpulkan dan disortasi dengan cara visual (memilih langsung dengan tangan dan perendaman dalam ember/bak) buah kopi yang busuk, buah warna hijau dan buah yang mengapung waktu direndam dipisahkan dengan buah kopi merah segar. Buah kopi biji merah yang telah terpisah selanjutnya dikupas kulit merahnya (pulping) dengan menggunakan alat pengupas manual dan mesin pulping. Lamanya waktu dari panen sampai pengupasan kulit < 8 jam. Buah yang sudah dipetik tidak diperkenankan diperam (ditumpuk/disimpan > 8 jam / fermentasi buah merah) karena menyebabkan cacat mutu berupa perubahan warna pada gabah kopi dan menimbulkan bau busuk.Pengupasan kulit merah buah kopi (pulping) dilakukan sendiri oleh masing- masing petani. Pulper biasanya dilaksanakan di lokasi kebun menggunakan alat pengupas biji kopi manual. Bagi petani yang lokasi kebunnya dekat dengan rumah kediaman, maka proses pulping dilaksanakan di rumah masing-masing dan sebagian kelompok tani telah menggunakan mesin pulper. Sebelum kopi dipulping terlebih dahulu dibuang kotorannya dengan pencucian selanjutnya biji kopi disortasi manual dimana biji kopi yang telah rusak, biji kopi hijau dibuang sehingga didapatkan komposisi (90% buah kopi merah segar dan 10% buah kuning/mengkal). Biji kopi yang telah disortasi dimasukkan ke alat pulper sampai seluruh biji kopi terkupasdengan sesekali menyiramkan air bersih. Biji kopi yang telah dipulping selanjutnya di fermentasi selama 12 jam. Fermentasi dilakukan secara alamiah dengan memasukkan biji kopi yang telah di pulping kedalam karung goni bersih atau ke dalam kotak/bak fermentasi.Kemudian dilaksanakan pengeringan dengan penjemuran di atas terpal jemur atau para-para sampai kadar air mencapai 12 %. Lamanya penjemuran tergantung kondisi cuaca biasanya antara 3 sampai 4 hari. Ketebalan tumpukan kopi diupayakan hanya satu lapis dengan melaksanakan pembalikan tumpukan sehingga kopi kering merata.

Data tidak ditemukan.

Kembali