uploading... 0%
  • Kopi Robusta Flores Manggarai
  • NUSA TENGGARA TIMUR
  • ID G 000000097

Karakteristik

Berdasarkan hasil pengujian mutu fisik dan mutu citarasa terhadap beberapa contoh sampel Kopi Robusta Flores Manggarai yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (PUSLITKOKA) Indonesia di Jember, diketahui bahwa Kopi Robusta Flores Manggarai memiliki sifat fisik sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Sedangkan karakteristik profil mutu citarasa disajikan  pada Tabel 3 dan Gambar 5. Hasil lengkap uji fisik dan profil mutu citarasa Kopi Robusta Flores Manggarai, terdapat pada Lampiran 12.Tabel 1.  Hasil Uji Fisik Kopi Robusta Flores Manggarai. Lokasi (Asal Sampel) Kadar Air Nilai Cacat Mutu SNI Ukuran Biji Ucung Dora, Poco, Manggarai Timur (1.100 mdpl) 12,5 %         3 1,1 Mutu 3 Kecil Rancang Welak, Welak, Manggarai Barat (600 mdpl) 10,4 % 17,7 Mutu 2 Kecil Langka Rembong, Manggarai (1.000 mdpl) 10,2 % 65,0 Mutu 4b Kecil  Kopi Robusta Flores Manggarai, berdasarkan standar mutu SNI termasuk kelas Mutu 2 sampai 4b dengan kadar air dibawah 12,5 %, dengan biji berukuran kecil. Proses produksi untuk produk Indikasi Geografis Kopi Robusta Flores Manggarai kedepan akan diarahkan untuk menjadi kopi standar SNI dengan mutu 1 dan 2. Kualitas Kopi Robusta Flores Manggarai ditentukan berdasarkan kondisi fisik nilai cacat biji kopi seperti terdapat pada Tabel 2.Tabel 2.  Standar Mutu SNI Kopi Berdasarkan Nilai Cacat Kelas Mutu Syarat Mutu Mutu I Jumlah nilai cacat maks 11 Mutu II Jumlah nilai cacat 12 – 25 Mutu III Jumlah nilai cacat 26 – 44 Mutu IV a Jumlah nilai cacat 45 – 60 Mutu IV b Jumlah nilai cacat 61 – 80 Mutu V Jumlah nilai cacat 81 – 150 Mutu VI Jumlah nilai cacat 151 – 225 Sumber : BSN (Badan Standardisasi Nasional), 2008  Ringkasan data hasil uji mutu citarasa Kopi Robusta Flores Manggarai terdapat pada Tabel 3 berikut.Tabel 3.  Ringkasan Hasil Uji Mutu Citarasa Kopi Robusta Flores Manggarai Komponen Mutu Citarasa Asal Sampel Rata-Rata Urung Dora, Manggarai Timur (1.100 mdpl) Rancang Welak, Manggarai Barat (600 mdpl) Langka Rembong, Manggarai (1.000 mdpl) Fragrance/Aroma 7.625 8.00 8.25 7.958 Flavor 7.75 8.00 8.00 7.917 Aftertaste 7.625 8.00 8.00 7.875 Salt/Acid 7.625 8.125 8.00 7.917 Bitter/Sweet 7.625 8.00 8.00 7.875 Mouthfeel/Body 7.75 8.00 7.875 7.858 Uniform Cups 10.00 10.00 10.00 10.000 Balance 7.625 8.00 7.875 7.833 Clean Cups 10.00 10.00 10.00 10.00 Over All 7.625 8.00 8.00 7.875 Taints Fault 0.00 0.00 0.00 0.00 Final Score

Lingkungan

Secara geografis kawasan dataran tinggi Manggarai terletak di Pulau Flores dan masuk dalam wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Peta wilayah Manggarai Raya dalam peta NTT dan peta NTT dalam peta Indonesia terdapat pada Gambar 6 dan Gambar 7. Banyaknya gunung api dan luasnya hamparan tanah subur menjadi ciri khas tanah di Pulau Flores. Pulau Flores menurut teori Geologi merupakan pulau muda dengan gunung api yang banyak. Oleh karena itu tidak heran apabila tanah subur tersebar merata bahkan hingga ke dataran tinggi. Kawasan Manggarai berada di bagian Barat Flores dengan pengaruh angin darat yang sangat terasa. Udara di kawasan Manggarai hangat sampai dingin yang berada pada ketinggian di atas 600 mdpl. Pengaruh angin kering dari Benua Australia pada sekitar Bulan Juni sampai Agustus terasa sangat mewarnai kondisi alam kawasan dataran Manggarai sehingga udara yang dirasakan cukup kering dan dingin. Banyaknya gunung yang berderetan di sepanjang kawasan dataran Manggarai menyebabkan kawasan ini memiliki lembah dan puncak yang unik. Hamparan kopi terbentang luas dengan perbedaan ketinggian yang tidak terlalu signifikan. Hal inilah yang mendorong citarasa Kopi Robusta Flores Manggarai menjadi unik. Wilayah pertanaman Kopi Robusta Flores Manggarai berada di tengah-tengah Pulau Flores dengan posisi berada dalam 119021’ – 120030’ BT dan 08000’ LS – 09000’ LS. Kawasan ini memiliki alam kawasan dataran sejuk yang mencakup lereng dan dataran-dataran bergelombang. Vegetasinya termasuk tanaman hutan, hortikultura dan tanaman pangan serta tanaman perkebunan termasuk tanaman Kopi Robusta dan Kopi Arabika. Dataran penyebaran Kopi Robusta Flores Manggarai berada pada ketinggian antara 600–1.400 mdpl. Merupakan ketinggian ideal untuk menghasilkan Kopi Robusta dengan cita rasa khas yang sangat enak. Curah hujan rata antara (2837-4.582) mm per tahun dengan jumlah hari hujan (156–223) HH per tahun. Musim kemarau berlangsung dari bulan Juli sampai bulan September dan musim hujan berlangsung dari bulan Oktober sampai dengan bulan Juni. Suhu harian relatif rendah dan kelembaban udara tinggi pada bulan kering maka lengas tanah masih cukup untuk mendukung pertumbuhan selama musim kering. Pola umum curah hujan tahunan di wilayah Manggarai Raya terdapat pada Gambar 8. Ringkasan data Curah Hujan dan Hari Hujan per bulan selama 5 tahun di wilayah Manggarai Raya, terdapat pada Tabel 4. Data lengkap Curah Hujan dan Hari Hujan di wilayah Manggarai Raya dalam uraian per bulan selama 5 tahun dari tahun 2014–2018 terdapat pada Lampiran 14.a)        TopografiTopografi di kawasan Manggarai berbeda-beda karena adanya pengaruh dari deretan gunung yang diantaranya masih aktif. Dampak letusan salah satu Gunung  Api Namparnos di kawasan dataran Mandosawu menyebabkan kondisi kesuburan tanah tinggi. Pola topografi dataran tinggi Manggarai ini sedikit banyak mempengaruhi bentuk tata guna lahan di Manggarai. Kemiringan wilayah Manggarai antara 3% sampai dengan 30%. Pembagian topografi di kawasan Manggarai yaitu kawasan datar 38,36% dan 6.23% dataran rendah. Melihat dari topografi ini terlihat bahwa Manggarai sangat sesuai untuk penanaman Kopi Robusta.Pertanaman kopi ada di bagian tengah pada daerah kawasan dataran yang membentang dari bagian barat hingga ke timur. Kawasan pertanaman Kopi Robusta di kawasan dataran Manggarai Raya merupakan daerah ketinggian dengan kondisi topografi yang bervariasi mulai datar, berombak hingga bergunung. Di kawasan ini terdapat lungur-lungur yang membentang arah utara-selatan dan pertanaman kopi terdapat pada lereng-lereng bukit. Variasi ketinggian antar desa sangat beragam, bahkan di dalam desa-desa tertentu terdapat perbedaan ketinggian antar kebun petani. b)     Suhu dan KelembabanBerdasarkan pengamatan selama tahun-tahun sebelumnya kelembaban udara di dataran tinggi Manggarai relatif tinggi (85%), suhu udara terendah berkisar 12°C di malam hari dan suhu tertinggi 28oC di siang hari, namun suhu rata-rata harian 20oC.Masa kering di dataran tinggi Manggarai mempunyai dampak positif bagi produksi Kopi Manggarai, karena bisa mendorong perkembangan bunga serta pertumbuhan gelondong kopi yang bagus untuk cepat matang.c)      GeologiJenis tanah di wilayah Manggarai pada umumnya terdiri dari jenis tanah Aluvial, Mediteran, Litosol, dan Latosol. Dari data dan informasi geologi, pulau Flores merupakan bagian dari Busur Volkanik dalam Kalk Alkalin yang berumur Kenozoikum yang sampai saat ini masih aktif. Busur tersebut dibentuk oleh penunjaman kerak Samudera Hindia ke arah utara. Bentuk busur kepulauan ini masih mengalami perubahan di bagian timur karena tumbukan dengan tepi Benua Australia.Daerah Flores Barat sebagian besar ditutupi oleh lava dan breksi andesitik sampai basaltik disisipi tufa pasiran dan pasir tufaan dari Formasi Kiro yang berselingan dengan Satuan Batuan Gunung Api Tua (Tlmv) berumur Miosen awal sebagai batuan tertua di Flores Barat. Sekuen ini ditutupi oleh batuan sedimen batupasir napal dan batu gamping berselingan dengan batuan gunung api lava dasit, breksi, abu dan tufa berumur Miosen Tengah Atas yang diterobos oleh granodiorit, diorit dan riolit. Breksi, lava dan tufa serta produk-produk Gunung Api Holosen seperti lahar, bom volkanik dan lapili menutupi batuan-batuan tersebut di beberapa tempat.Pulau Flores berdasarkan kerangka tektonik Indonesia termasuk dalam busur magmatik Neogen Sunda Banda yang membujur mulai dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores hingga ke Pulau Seram. Busur ini dibentuk oleh tumbukan beberapa lempeng disertai oleh penunjaman dan pembalikan arah penunjaman yang terjadi pada Oligosen. Kegiatan ini diperkirakan berhenti pada Pliosen dan menyebabkan terbentuknya rangkaian gunung api di Kepulauan Nusa Tenggara Timur. d)     Sifat-sifat tanah di dataran Tinggi ManggaraiTopografi perkebunan Kopi Robusta Flores Manggarai bervariasi dari landai sampai dengan bergunung. Kemiringan lereng kurang lebih 5-30%. Penggunaan terasering wajib diaplikasikan pada lereng-lereng yang miring.Untuk mengetahui kondisi fisik dan kimia tanah di wilayah pertanaman Kopi Robusta Flores Manggarai telah dianalisis contoh tanah yang berasal dari 3 wilayah. Pengujian dilakukan di laboratorium Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember.Ringkasan hasil analisis kimia tanah dari masing-masing wilayah terdapat pada Tabel 5 dan Tabel 6. Hasil lengkap analisis fisik dan kimia tanah dan interpretasinya terdapat pada Lampiran 13.Tabel 5. Hasil Analisis Tanah Identitas Contoh Terhadap 100 g contoh kering 1050C Terhadap 1 Kg Contoh Kering 1050C pH 1-5 Tekstur Cara Pipet C Walkey & black N Kjeldahl   C/N Ekstrak NH4OAc. 1 M pH 7 P2O5 Ekst. NH4OAc pH 4,8 Mn Total Destruksi Camp Asam Kuat Eks HCl 1 N *) H2O KCl 1 N Nomor Analisis Kode Pengirim Pasir Debu Liat Na K*) Ca Mg Nilai Kation KTK KB Ekst Bray S Fe   Cu Zn % gram C mol *     mg mg   Kode Contoh                                    

Batas Wilayah

Wilayah pertanaman Kopi Robusta Flores Manggarai berada di tengah-tengah Pulau Flores dengan posisi berada pada 119021’ – 120030’ BT dan 08000’ LS – 09000’ LS.  Kopi Robusta Flores Manggarai dihasilkan dari wilayah Manggarai Raya yang secara adminsitratif masuk dalam wilayah Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur, dengan ketinggian wilayah tanam antara (600-1.400) meter diatas permukaan laut (m.dpl) (Gambar 9). Luas areal dan produksi Kopi Robusta diharapkan akan meningkat pada waktu yang akan datang karena pertanaman baru oleh petani. Dengan adanya tanah vulkanik (jenis Andisol) yang dianggap sangat sesuai untuk pertanaman kopi, daerah ini pada dasarnya merupakan kawasan pertanian dengan budidaya pertanian yang intensif dan ramah lingkungan dengan pola tanam diversifikasi yang baik. Kondisi iklim relatif sesuai untuk tanaman Kopi Robusta, karena curah hujan yang mencapai 3.000-4.500 mm/tahun dengan sekitar 9 bulan musim hujan (Oktober-Juni) dan 3 bulan musim kemarau (Juni - September). Cuaca pada umumnya sejuk (antara 12°C–28°C) dengan kelembaban udara sekitar 85%. Perbedaan suhu udara antara siang dan malam biasanya cukup tinggi.Proses produksi di kawasan ini relatif homogen, yang disebabkan adanya model produksi yang sama (perkebunan kecil dikelola melalui kelompok tani di seluruh kawasan ini) dan faktor-faktor alam yang sama.Wilayah pertanaman Kopi Robusta yang dapat menghasil Kopi Robusta Flores Manggarai yang bermutu tinggi terletak pada daerah dengan ketinggian diatas 600 mdpl. Peta wilayah Manggarai Raya yang memiliki ketinggian diatas 600 mdpl yang saat ini telah ditanami Kopi Robusta dan potensial untuk ditanami Kopi Robusta terdapat pada Gambar 9 dan pada Lampiran 15.

Sejarah

Masyarakat Manggarai adalah penduduk yang berdomisili dan tersebar dari perbatasan Timur, Barat, Utara, Selatan wilayah Manggarai Raya, yang berdasarkan informasi dari para tetua adat berasal dari nenek moyang yang berasal dari Minangkabau dan dari Toraja. Manggarai bagian Barat, bagian Timur serta bagian Selatan memiliki banyak pengaruh Toraja. Hal ini terlihat dari corak dan jenis tenun songket yang dihasilkan yang disebut sebagai kain Todo. Manggarai bagian Tengah, Utara dan Timur bagian Utara memiliki banyak pengaruh Minangkabau yang juga terlihat dari jenis serta corak tenun songketnya yang juga disebut sebagai kain songket Manggarai.Salah satu kekhasan Manggarai sebagai suku bangsa adalah adanya berbagai kesamaan dalam bahasa dan watak. Masyarakat Manggarai merupakan masyarakat agraris, yang ditandai dengan kehidupan masyarakat yang tak dapat dipisahkan dari kegiatan bertani dan berkebun. Sehingga tidak heran kalau daerah Manggarai juga terkenal dengan hasil-hasil pertanian dan perkebunan seperti padi, jagung, kopi, kakao, cengkeh, mente, kemiri dan sebagainya. Selain bertani dan berkebun, masyarakat Manggarai juga hidup dari beternak. Hewan ternak yang banyak dipelihara antara lain adalah babi, ayam, kambing, kerbau dan sapi.Salah satu warisan dan unsur budaya yang sangat penting bagi masyarakat Manggarai adalah rumah adat, yang disebut Mbaru Gendang. Keberadaannya menduduki peran yang tak tergantikan. Karena itu, setiap kampung di Manggarai memiliki Mbaru Gendang. Mbaru Gendang merupakan pusat dan sentral pelestarian budaya. Mbaru Gendang merupakan tempat di mana segala proses pelaksanaan budaya dijalankan. Di Mbaru Gendang proses caca mbolot (penyelesaian masalah) dilaksanakan, upara penti (syukur panen) dijalankan dan juga keberlangsungan segala upacara adat lainnya. Di Mbaru Gendang pula, disimpan perlengkapan adat, seperti alat musik gong dan gendang. Di sana juga disimpan perlengkapan caci, tari tradisional khas Manggarai, yakni larik (cemeti), nggiling (perisai) dan lainnya. Singkatnya, di dalam Mbaru Gendang segala proses kebudayaan berlangsung dan perlengkapan adat disimpan. Peran Mbaru Gendang demikian menjadi benteng sekaligus gerbang akhir dalam menjaga kelestarian budaya Manggarai.Mbaru Gendang memiliki 5 tingkat yang memiliki fungsi berbeda-beda, yaitu:1.    Lutur / Tenda, digunakan sebagai tempat tinggal (bagian dalam dimana disekat dengan papan menjadi 6 ruang untuk Mbaru Gena dan 8 ruang untuk Mbaru Gendang), berkumpulnya keluarga dan penyambutan tamu (pada bagian depan), dan memasak (pada bagian tengah ruangan). Diameter bangunan tingkat pertama ini adalah 11 meter dimana terlihat 9 tiang utama dari kayu worok dengan formasi 3 x 3 yang menandakan bahwa 9 bulan manusia baru dilahirkan dan terdapat 1 tiang utama setinggi 15 meter yang berada di tengah dan menjadi poros bangunan.2.    Lobo, digunakan untuk menyimpan bahan makanan dan barang-barang sehari-hari.3.    Lentar, digunakan untuk menyimpan benih tanaman pangan seperti padi, jagung.4.    Lempa Rae, digunakan untuk menyimpan cadangan bahan makanan dikala gagal panen, dan untuk menyimpan berbagai senjata pusaka.5.    Hekang Kode, digunakan untuk menyimpan peralatan dan benda-benda pusaka yang digunakan dalam upacara adat.Sejarah kopi di Manggarai tidak ditemukan secara detail dan lengkap pada masa kekuasaan kerajaan Bima. Pada masa itu kopi belum dibudidayakan di pedalaman Manggarai dan sumberdaya yang dimanfaatkan masih terbatas pada hasil bumi non perkebunan dan ternak. Menurut laporan jurnalistik (Kompas 2012), Belanda adalah yang pertama kali memperkenalkan kopi di Manggarai. Kopi di tanam lebih dulu dibagian Timur Pulau Flores, mengingat Belanda memulai pemerintahannya dari bagian Timur dan berekspansi ke Barat. Belanda secara resmi hadir di Manggarai pada tahun 1908 dan memusatkan administrasinya di Kota Ruteng yang terletak di dataran tinggi Manggarai. Kondisi alam di dataran tinggi Manggarai memungkinkan untuk budidaya kopi.Kawasan Manggarai Raya yang meliputi Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur mengenal budidaya kopi sejak akhir 1920-an, langsung dari kolonial Belanda. Usaha tanaman dan perdagangan kopi tersebut berawal di Colol, Kecamatan Lambaleda Selatan, Manggarai Timur. Jejak sejarahnya antara lain dibuktikan melalui penghargaan berupa selembar bendera tiga warna dari pemerintah kolonial Belanda kepada seorang petani Colol yang dinilai sukses berbudidaya kopi pada sekitar tahun 1937. Sejak itu kopi menjadi tanaman primadona masyarakat Manggarai Raya hingga kini.Tidak lama setelah menobatkan Baroek dari Todo sebagai Raja Manggarai, Belanda mengadakan Pertandingan Keboen yang merupakan sayembara penanaman kopi di seluruh Manggarai Raya pada tahun 1937. Melalui proses seleksi yang ketat, akhirnya seorang petani dari Colol yang bernama Bernadus Odjong keluar sebagai pemenangnya dan diberi hadiah sebuah Bendera Belanda yang kini disimpan oleh keturunannya di Kampung Biting, Desa Uluwae, Colol (Kompas 2012).Sejarah lain menyebutkan bahwa dalam bahasa lokal, kopi di Manggarai Timur seringkali disebut dengan Kopi Tuang. Selain sebagai bahan minuman, secara umum masyarakat di Kabupaten Manggarai Timur memiliki tradisi Toto Kopi, yaitu meramal seseorang dengan menggunakan media kopi, yang dalam bahasa umum dikenal sebagai pengetahuan Tasseografi. Tradisi ini juga dikenal di masyarakat di Timur Tengah, Eropa hingga Asia. Tradisi Toto kopi biasanya dilakukan oleh masyarakat setelah usai menikmati kopi. Setelah air kopi habis, gelas kemudian ditelungkupkan sehingga ampas kopi yang masih tersisa dalam gelas meninggalkan jejak garis-garis pada dinding gelas. Jejak garis-garis kopi yang tertinggal tersebut oleh masyarakat sekitar dianggap sebagi simbol-simbol yang memberikan informasi mengenai kehidupan di masa lalu, masa kini dan masa depan.Tradisi Toto Kopi sudah dikenal oleh masyarakat di Manggarai Timur sejak zaman dahulu hingga saat ini, tetapi tidak diketahui pasti sejak kapan orang di Manggarai mengenai pengetahuan Tasseografi. Namun demikian, dari berbagai literasi dapat dipastikan bahwa pengetahuan Tasseografi ini memiliki umur peradaban yang sama dengan umur sejarah kopi. Dengan demikian, dapat pula dipastikan bahwa masyarakat di Manggarai telah mengenal tanaman kopi sejak lama.Budidaya kopi di Manggarai sangat erat dengan budaya adat istiadat Manggarai. Ritual-ritual adat masih dilestarikan masyarakat Manggarai. Dalam hal ini, petani kopi Manggarai memegang teguh sejarah budaya Manggarai karena memiliki filosofi budaya yang mendalam, antara lain sebagai berikut :·      Lea LoseLea lose adalah upacara saat membuka kebun baru, dipimpin tua teno (ketua adat yang bertanggung jawab dalam urusan tanah ulayat) yang bertujuan untuk meminta restu para pemilik atau penjaga hutan yang sebentar lagi dijadikan kebun. Lea lose penting, selain memohon berkat dari nenek moyang, juga menghindari beo (kampung) dari bala yang mungkin ditimpakan si empunya hutan.·      Benco RaciSetelah hutan dibuka, biasa disebut rimu (tebang hutan) dan dibakar, tua teno dan pemilik kebun, mengadakan upacara (adak) benco raci. Adak ini dibuat sebelum menanam di lahan yang sudah disiapkan. Tujuannya untuk memohon berkat atas benih baru.·      OliOli adalah adak memohon berkat kesuburan atas seluruh tanaman dari wura agu ceki (nenek moyang suku).·      PentiRitual adat Penti yaitu upacara adat merayakan syukuran atas hasil panen yang dirayakan bersama-sama oleh seluruh warga desa.·      Barong WaeRitual Barong Wae, warga kembali akan mengundang roh leluhur penunggu sumber mata air. Menurut kepercayaan, selama ini roh leluhur itu telah menjaga sumber mata air, sehingga airnya tak pernah surut.Kopi Robusta Flores Manggarai berkembang dan dikenal ke berbagai daerah di dalam dan di luar negeri. Kopi Robusta Flores Manggarai diproduksi oleh organisasi/lembaga sosial kemasyarakatan lokal, dan merupakan produk tradisional khas daerah, berdasarkan alasan-alasan berikut ini :1.    Kopi digunakan sebagai pemberian atau sumbangan dalam acara-acara tertentu di beberapa kegiatan, seperti pernikahan, pengakuan anak dan ketika seseorang meninggal dunia, maka tetangga, sanak saudara dapat memberi sumbangan berupa kopi yang akan dikonsumsi selama kegiatan tersebut.2.    Kopi juga digunakan sebagai obat penyembuh, misalnya kalau seseorang menderita pening bisa minum kopi, kalau ada luka kecil berdarah maka kopi juga bisa digunakan sebagai penutup luka. Untuk orang perempuan yang mengalami kesulitan dalam melahirkan, biasanya anggota keluarganya memberi minuman kopi manis untuk membantu proses kelahiran bayi.3.    Kopi menjadi minuman tradisional yang dikonsumsi pada acara-acara tertentu di kehidupan sehari-hari masyarakat Manggarai dan acara-acara lainnya, misalnya ketika seorang tamu berkunjung, pertemuan anggota kelompok tani atau organisasi lainya.Setelah Kemerdekaan, Pemerintah Republik Indonesia melalui Dinas Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui Proyek Rehabilitasi dan Pengembangan Tanaman Ekspor (PRPTE) tahun anggaran 1978/1979, Dinas Perkebunan Provinsi NTT mulai berusaha untuk membangkitkan kembali budidaya Kopi Robusta di Flores. Pertimbangan pengembangan Kopi Robusta di Flores bukan hanya didasarkan pada kepentingan ekspor, akan tetapi perkebunan kopi di dataran tinggi Manggarai juga dipandang mempunyai peran strategis dalam melestarikan fungsi hidrologis. Proyek PRPTE di Flores telah mampu mengembalikan dan menambah luas areal perkebunan di Flores sehingga produksi kopi dari Flores mulai meningkat.Pada akhir tahun 1980-an luas lahan kopi di Flores mencapai sekitar 8.000 Ha, namun peningkatan produksi tersebut rupanya belum diikuti dengan perolehan mutu yang baik. Untuk mengatasi hal ini Dinas Perkebunan Provinsi NTT bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) membangun agribisnis Kopi Robusta di Manggarai dengan pendekatan pemberdayaan kelembagaan di tingkat petani. Dalam kerjasama ini fungsi Dinas Perkebunan lebih ditekankan pada penggarapan di sektor petani, sedangkan fungsi Puslitkoka lebih fokus pada penggarapan masalah pasar, pengawalan teknologi, perbaikan mutu, dan pembangunan sistem agribisnis. Pada tahun 2006 Puslitkoka telah mulai menjajaki pasar dengan cara mendatangkan calon pembeli PT. Indokom Citra Persada, Sidoarjo. Perbaikan mutu yang mulai mendorong terjadinya perbaikan harga rupanya telah mendorong petani untuk menanam kopi kembali. Hal ini nampak dari animo petani untuk minta bantuan bibit kopi kepada pihak Dinas Perkebunan. Semenjak kegiatan pendampingan pengolahan citarasa yang dilakukan oleh Puslitkoka, mutu dan citarasa kopi telah berubah. Semakin banyak konsumen yang ingin membeli Kopi Robusta, dan permintaan ini bisa dipenuhi oleh UPH-UPH yang di fasilitasi oleh Dinas Perkebunan.

Proses Produksi

1.  Lahan dan Persiapan Lahan2. Bahan Tanam dan Pembibitan 3. Pemeliharaan Tanaman Kopi4. Proses Pengolahan Kopi         a)  Pengola han Kering Buah Kopi Gelondong(Proses Natural)        b)  Pengolahan Ker ing den gan Pecah Kulit (Proses Pulp Natural)

Data tidak ditemukan.

Kembali