Karakteristik
Berdasarkan hasil pengujian
mutu fisik dan mutu citarasa terhadap beberapa contoh sampel Kopi Robusta Flores
Manggarai yang dilakukan oleh Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao (PUSLITKOKA) Indonesia di Jember, diketahui bahwa Kopi Robusta Flores Manggarai
memiliki sifat fisik sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Sedangkan karakteristik profil mutu citarasa disajikan pada Tabel 3 dan Gambar 5. Hasil lengkap uji
fisik dan profil mutu citarasa Kopi
Robusta Flores Manggarai, terdapat pada Lampiran 12.Tabel 1.
Hasil Uji Fisik Kopi Robusta Flores Manggarai.
Lokasi (Asal Sampel)
Kadar Air
Nilai Cacat
Mutu SNI
Ukuran Biji
Ucung
Dora, Poco, Manggarai Timur (1.100 mdpl)
12,5 %
3 1,1
Mutu
3
Kecil
Rancang
Welak, Welak, Manggarai Barat (600 mdpl)
10,4
%
17,7
Mutu
2
Kecil
Langka
Rembong, Manggarai (1.000 mdpl)
10,2
%
65,0
Mutu
4b
Kecil
Kopi
Robusta Flores Manggarai,
berdasarkan standar mutu SNI termasuk kelas Mutu 2 sampai 4b dengan
kadar air dibawah 12,5 %,
dengan biji berukuran kecil. Proses produksi untuk produk Indikasi
Geografis Kopi Robusta Flores Manggarai kedepan akan
diarahkan untuk menjadi kopi standar SNI dengan mutu 1 dan 2. Kualitas Kopi Robusta Flores Manggarai ditentukan
berdasarkan kondisi fisik nilai cacat biji kopi seperti terdapat pada Tabel 2.Tabel 2. Standar Mutu SNI Kopi Berdasarkan
Nilai Cacat
Kelas Mutu
Syarat
Mutu
Mutu I
Jumlah nilai cacat maks 11
Mutu
II
Jumlah
nilai cacat 12 – 25
Mutu
III
Jumlah
nilai cacat 26 – 44
Mutu IV a
Jumlah nilai cacat 45 – 60
Mutu IV b
Jumlah nilai cacat 61 – 80
Mutu
V
Jumlah
nilai cacat 81 – 150
Mutu VI
Jumlah nilai cacat 151 – 225
Sumber : BSN (Badan Standardisasi
Nasional), 2008 Ringkasan data hasil uji mutu citarasa Kopi Robusta Flores Manggarai
terdapat pada Tabel 3 berikut.Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Mutu Citarasa Kopi Robusta
Flores Manggarai
Komponen Mutu Citarasa
Asal
Sampel
Rata-Rata
Urung Dora,
Manggarai Timur
(1.100 mdpl)
Rancang Welak,
Manggarai Barat
(600 mdpl)
Langka
Rembong, Manggarai (1.000 mdpl)
Fragrance/Aroma
7.625
8.00
8.25
7.958
Flavor
7.75
8.00
8.00
7.917
Aftertaste
7.625
8.00
8.00
7.875
Salt/Acid
7.625
8.125
8.00
7.917
Bitter/Sweet
7.625
8.00
8.00
7.875
Mouthfeel/Body
7.75
8.00
7.875
7.858
Uniform Cups
10.00
10.00
10.00
10.000
Balance
7.625
8.00
7.875
7.833
Clean Cups
10.00
10.00
10.00
10.00
Over All
7.625
8.00
8.00
7.875
Taints Fault
0.00
0.00
0.00
0.00
Final Score
Lingkungan
Secara geografis kawasan dataran tinggi Manggarai
terletak di Pulau Flores dan masuk dalam wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Peta
wilayah Manggarai Raya dalam peta NTT dan peta NTT dalam peta Indonesia
terdapat pada Gambar 6 dan Gambar 7. Banyaknya
gunung api dan luasnya hamparan tanah subur menjadi ciri khas tanah di Pulau Flores. Pulau Flores menurut teori Geologi merupakan pulau muda
dengan gunung api yang banyak. Oleh karena itu tidak heran apabila tanah subur
tersebar merata bahkan hingga ke dataran tinggi. Kawasan Manggarai berada di
bagian Barat Flores dengan pengaruh angin darat yang sangat
terasa.
Udara di
kawasan Manggarai hangat sampai dingin yang berada pada ketinggian di atas 600
mdpl. Pengaruh angin kering dari Benua
Australia pada sekitar Bulan Juni sampai Agustus terasa sangat mewarnai
kondisi alam kawasan dataran Manggarai sehingga udara yang dirasakan cukup
kering dan dingin. Banyaknya gunung yang berderetan di sepanjang kawasan
dataran Manggarai menyebabkan kawasan ini memiliki lembah dan puncak yang unik.
Hamparan kopi terbentang luas dengan perbedaan ketinggian yang tidak terlalu
signifikan. Hal inilah yang mendorong citarasa Kopi Robusta Flores Manggarai
menjadi unik.
Wilayah
pertanaman Kopi Robusta Flores Manggarai berada di
tengah-tengah Pulau Flores dengan posisi berada dalam 119021’ –
120030’ BT dan 08000’ LS – 09000’ LS. Kawasan ini memiliki alam kawasan dataran
sejuk yang mencakup lereng dan dataran-dataran bergelombang. Vegetasinya
termasuk tanaman hutan, hortikultura dan tanaman pangan serta tanaman
perkebunan termasuk tanaman Kopi Robusta dan Kopi Arabika.
Dataran
penyebaran Kopi Robusta Flores Manggarai berada pada ketinggian antara 600–1.400
mdpl. Merupakan
ketinggian ideal untuk menghasilkan Kopi Robusta dengan cita rasa khas yang
sangat enak. Curah hujan rata antara (2837-4.582) mm per tahun dengan jumlah hari hujan (156–223) HH per tahun. Musim kemarau berlangsung dari bulan Juli sampai bulan September dan musim hujan berlangsung dari bulan Oktober sampai dengan bulan Juni.
Suhu harian
relatif rendah dan kelembaban udara tinggi pada bulan kering maka lengas tanah
masih cukup untuk mendukung pertumbuhan selama musim kering. Pola umum curah
hujan tahunan di wilayah Manggarai Raya terdapat pada Gambar 8. Ringkasan data Curah Hujan dan Hari Hujan per bulan selama 5 tahun di
wilayah Manggarai Raya, terdapat pada Tabel 4. Data lengkap Curah Hujan dan Hari Hujan di wilayah Manggarai Raya dalam
uraian per bulan selama 5 tahun dari tahun 2014–2018 terdapat pada Lampiran 14.a)
TopografiTopografi di kawasan Manggarai
berbeda-beda karena adanya pengaruh dari deretan gunung yang diantaranya masih
aktif. Dampak letusan salah satu Gunung
Api Namparnos di kawasan dataran Mandosawu menyebabkan kondisi kesuburan
tanah tinggi. Pola topografi dataran tinggi Manggarai ini sedikit banyak
mempengaruhi bentuk tata guna lahan di Manggarai. Kemiringan wilayah Manggarai
antara 3% sampai dengan 30%. Pembagian topografi di kawasan Manggarai yaitu
kawasan datar 38,36% dan 6.23% dataran rendah. Melihat dari topografi ini
terlihat bahwa Manggarai sangat sesuai untuk penanaman Kopi Robusta.Pertanaman kopi ada di bagian tengah pada daerah kawasan dataran yang
membentang dari bagian barat hingga ke timur. Kawasan pertanaman Kopi Robusta
di kawasan dataran Manggarai Raya merupakan daerah ketinggian dengan kondisi
topografi yang bervariasi mulai datar, berombak hingga bergunung. Di kawasan
ini terdapat lungur-lungur yang membentang arah
utara-selatan dan pertanaman kopi terdapat pada lereng-lereng bukit. Variasi
ketinggian antar desa sangat beragam, bahkan di dalam desa-desa tertentu
terdapat perbedaan ketinggian antar kebun petani. b) Suhu
dan KelembabanBerdasarkan
pengamatan selama tahun-tahun sebelumnya kelembaban udara di dataran tinggi Manggarai relatif
tinggi (85%), suhu udara terendah berkisar 12°C di malam hari dan suhu tertinggi 28oC di siang hari, namun suhu rata-rata
harian 20oC.Masa kering di
dataran tinggi Manggarai mempunyai dampak positif bagi produksi Kopi
Manggarai, karena bisa mendorong perkembangan bunga serta pertumbuhan gelondong
kopi yang bagus untuk cepat matang.c)
GeologiJenis tanah di
wilayah Manggarai pada umumnya terdiri dari jenis tanah Aluvial, Mediteran, Litosol,
dan Latosol. Dari data dan informasi geologi,
pulau Flores merupakan bagian dari Busur Volkanik
dalam Kalk Alkalin
yang berumur Kenozoikum yang sampai saat
ini masih aktif. Busur tersebut dibentuk oleh penunjaman kerak Samudera Hindia
ke arah utara. Bentuk busur kepulauan ini masih mengalami perubahan di bagian
timur karena tumbukan dengan tepi Benua Australia.Daerah Flores Barat sebagian
besar ditutupi oleh lava dan breksi andesitik sampai basaltik disisipi tufa pasiran dan pasir tufaan dari Formasi
Kiro yang berselingan dengan Satuan Batuan Gunung Api
Tua (Tlmv) berumur Miosen awal sebagai batuan tertua di Flores Barat.
Sekuen ini ditutupi
oleh batuan sedimen
batupasir napal dan batu gamping berselingan dengan
batuan gunung api lava dasit,
breksi, abu dan tufa berumur
Miosen Tengah Atas yang diterobos oleh granodiorit, diorit
dan riolit. Breksi,
lava dan tufa serta
produk-produk Gunung Api Holosen seperti lahar, bom volkanik dan lapili
menutupi batuan-batuan tersebut di beberapa
tempat.Pulau Flores berdasarkan kerangka
tektonik Indonesia termasuk dalam busur magmatik Neogen Sunda Banda yang membujur
mulai dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores hingga ke Pulau Seram. Busur ini
dibentuk oleh tumbukan beberapa lempeng disertai oleh penunjaman dan pembalikan
arah penunjaman yang terjadi pada Oligosen. Kegiatan ini diperkirakan berhenti
pada Pliosen dan menyebabkan terbentuknya rangkaian gunung api di Kepulauan
Nusa Tenggara Timur. d) Sifat-sifat
tanah di dataran Tinggi ManggaraiTopografi perkebunan Kopi Robusta Flores
Manggarai bervariasi dari landai sampai dengan bergunung. Kemiringan lereng
kurang lebih 5-30%. Penggunaan terasering wajib diaplikasikan pada
lereng-lereng yang miring.Untuk mengetahui kondisi fisik dan kimia
tanah di wilayah pertanaman Kopi Robusta Flores Manggarai telah dianalisis
contoh tanah yang berasal dari 3 wilayah. Pengujian dilakukan di laboratorium
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember.Ringkasan
hasil analisis kimia tanah dari masing-masing wilayah terdapat pada Tabel 5 dan Tabel 6. Hasil lengkap
analisis fisik dan kimia tanah dan interpretasinya terdapat pada Lampiran 13.Tabel 5. Hasil Analisis Tanah
Identitas
Contoh
Terhadap 100 g
contoh kering 1050C
Terhadap 1 Kg
Contoh Kering 1050C
pH 1-5
Tekstur Cara
Pipet
C
Walkey
& black
N
Kjeldahl
C/N
Ekstrak NH4OAc.
1 M pH 7
P2O5
Ekst. NH4OAc pH
4,8
Mn Total
Destruksi Camp Asam Kuat
Eks HCl 1 N *)
H2O
KCl 1 N
Nomor Analisis
Kode Pengirim
Pasir
Debu
Liat
Na
K*)
Ca
Mg
Nilai Kation
KTK
KB
Ekst Bray
S
Fe
Cu
Zn
%
gram
C mol *
mg
mg
Kode
Contoh
Batas Wilayah
Wilayah pertanaman Kopi Robusta Flores Manggarai berada di tengah-tengah Pulau Flores dengan posisi berada pada 119021’ – 120030’ BT dan 08000’ LS – 09000’ LS. Kopi Robusta Flores Manggarai dihasilkan dari wilayah Manggarai Raya yang secara adminsitratif masuk dalam wilayah Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur, dengan ketinggian wilayah tanam antara (600-1.400) meter diatas permukaan laut (m.dpl) (Gambar 9). Luas areal dan produksi Kopi Robusta diharapkan akan meningkat pada waktu yang akan datang karena pertanaman baru oleh petani. Dengan adanya tanah vulkanik (jenis Andisol) yang dianggap sangat sesuai untuk pertanaman kopi, daerah ini pada dasarnya merupakan kawasan pertanian dengan budidaya pertanian yang intensif dan ramah lingkungan dengan pola tanam diversifikasi yang baik. Kondisi iklim relatif sesuai untuk tanaman Kopi Robusta, karena curah hujan yang mencapai 3.000-4.500 mm/tahun dengan sekitar 9 bulan musim hujan (Oktober-Juni) dan 3 bulan musim kemarau (Juni - September). Cuaca pada umumnya sejuk (antara 12°C–28°C) dengan kelembaban udara sekitar 85%. Perbedaan suhu udara antara siang dan malam biasanya cukup tinggi.Proses produksi di kawasan ini relatif homogen, yang disebabkan adanya model produksi yang sama (perkebunan kecil dikelola melalui kelompok tani di seluruh kawasan ini) dan faktor-faktor alam yang sama.Wilayah pertanaman Kopi Robusta yang dapat menghasil Kopi Robusta Flores Manggarai yang bermutu tinggi terletak pada daerah dengan ketinggian diatas 600 mdpl. Peta wilayah Manggarai Raya yang memiliki ketinggian diatas 600 mdpl yang saat ini telah ditanami Kopi Robusta dan potensial untuk ditanami Kopi Robusta terdapat pada Gambar 9 dan pada Lampiran 15.
Sejarah
Masyarakat
Manggarai adalah penduduk yang berdomisili dan tersebar dari perbatasan Timur,
Barat, Utara, Selatan wilayah Manggarai Raya, yang berdasarkan informasi dari
para tetua adat berasal dari nenek moyang yang berasal dari Minangkabau dan
dari Toraja. Manggarai bagian Barat, bagian Timur serta bagian Selatan memiliki
banyak pengaruh Toraja. Hal ini terlihat dari corak dan jenis tenun songket yang dihasilkan yang disebut sebagai
kain Todo. Manggarai bagian Tengah, Utara dan Timur bagian Utara memiliki
banyak pengaruh Minangkabau yang juga terlihat dari jenis serta corak tenun
songketnya yang juga
disebut sebagai kain songket
Manggarai.Salah
satu kekhasan Manggarai sebagai suku bangsa adalah adanya berbagai kesamaan
dalam bahasa dan watak. Masyarakat Manggarai merupakan masyarakat agraris, yang
ditandai dengan kehidupan masyarakat yang tak dapat dipisahkan dari kegiatan
bertani dan berkebun. Sehingga tidak heran kalau daerah Manggarai juga terkenal
dengan hasil-hasil pertanian dan perkebunan seperti padi, jagung, kopi, kakao,
cengkeh, mente, kemiri dan sebagainya. Selain bertani dan berkebun, masyarakat
Manggarai juga hidup dari beternak. Hewan ternak yang banyak dipelihara antara
lain adalah babi, ayam, kambing, kerbau dan sapi.Salah
satu warisan dan unsur budaya yang sangat penting bagi masyarakat Manggarai
adalah rumah adat, yang disebut Mbaru Gendang. Keberadaannya menduduki peran
yang tak tergantikan. Karena itu, setiap kampung di Manggarai memiliki Mbaru
Gendang. Mbaru Gendang merupakan pusat dan sentral pelestarian budaya. Mbaru
Gendang merupakan tempat di mana segala proses pelaksanaan budaya dijalankan.
Di Mbaru Gendang proses caca mbolot (penyelesaian masalah) dilaksanakan, upara
penti (syukur panen) dijalankan dan juga keberlangsungan segala upacara adat
lainnya. Di Mbaru Gendang pula, disimpan
perlengkapan adat, seperti alat musik gong dan gendang. Di sana juga disimpan
perlengkapan caci, tari tradisional khas Manggarai, yakni larik (cemeti),
nggiling (perisai) dan lainnya. Singkatnya, di dalam Mbaru Gendang segala
proses kebudayaan berlangsung dan perlengkapan adat disimpan. Peran Mbaru Gendang demikian menjadi
benteng sekaligus gerbang akhir dalam menjaga kelestarian budaya Manggarai.Mbaru
Gendang memiliki 5 tingkat yang memiliki fungsi berbeda-beda, yaitu:1. Lutur
/ Tenda, digunakan sebagai tempat tinggal (bagian dalam dimana disekat dengan
papan menjadi 6 ruang untuk Mbaru Gena dan 8 ruang untuk Mbaru Gendang),
berkumpulnya keluarga dan penyambutan tamu (pada bagian depan), dan memasak
(pada bagian tengah ruangan). Diameter bangunan tingkat pertama ini adalah 11
meter dimana terlihat 9 tiang utama dari kayu worok dengan formasi 3 x 3 yang
menandakan bahwa 9 bulan manusia baru dilahirkan dan terdapat 1 tiang utama
setinggi 15 meter yang berada di tengah dan menjadi poros bangunan.2. Lobo,
digunakan untuk menyimpan bahan makanan dan barang-barang sehari-hari.3. Lentar,
digunakan untuk menyimpan benih tanaman pangan seperti padi, jagung.4. Lempa
Rae, digunakan untuk menyimpan cadangan bahan makanan dikala gagal panen, dan
untuk menyimpan berbagai senjata pusaka.5. Hekang
Kode, digunakan untuk menyimpan peralatan dan benda-benda pusaka yang digunakan
dalam upacara adat.Sejarah
kopi di Manggarai tidak ditemukan secara detail dan lengkap pada masa kekuasaan
kerajaan Bima. Pada masa itu kopi belum dibudidayakan di pedalaman Manggarai
dan sumberdaya yang dimanfaatkan masih terbatas pada hasil bumi non perkebunan
dan ternak. Menurut laporan jurnalistik (Kompas 2012), Belanda adalah yang
pertama kali memperkenalkan kopi di Manggarai. Kopi di tanam lebih dulu
dibagian Timur Pulau Flores, mengingat Belanda memulai pemerintahannya dari
bagian Timur dan berekspansi ke Barat. Belanda secara resmi hadir di Manggarai
pada tahun 1908 dan memusatkan administrasinya di Kota Ruteng yang terletak di dataran
tinggi Manggarai. Kondisi alam di dataran tinggi Manggarai memungkinkan untuk
budidaya kopi.Kawasan
Manggarai Raya yang meliputi Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai
Timur mengenal budidaya kopi sejak akhir 1920-an, langsung dari kolonial
Belanda. Usaha tanaman dan perdagangan kopi tersebut berawal di Colol,
Kecamatan Lambaleda Selatan, Manggarai Timur. Jejak sejarahnya antara lain
dibuktikan melalui penghargaan berupa selembar bendera tiga warna dari
pemerintah kolonial Belanda kepada seorang petani Colol yang dinilai sukses
berbudidaya kopi pada sekitar tahun 1937. Sejak itu kopi menjadi tanaman primadona
masyarakat Manggarai Raya hingga kini.Tidak
lama setelah menobatkan Baroek dari Todo sebagai Raja Manggarai, Belanda
mengadakan Pertandingan Keboen yang merupakan sayembara penanaman kopi di
seluruh Manggarai Raya pada tahun 1937. Melalui proses seleksi yang ketat,
akhirnya seorang petani dari Colol yang bernama Bernadus Odjong keluar sebagai
pemenangnya dan diberi hadiah sebuah Bendera Belanda yang kini disimpan oleh keturunannya
di Kampung Biting, Desa Uluwae, Colol (Kompas 2012).Sejarah
lain menyebutkan bahwa dalam bahasa lokal, kopi di Manggarai Timur seringkali
disebut dengan Kopi Tuang. Selain sebagai bahan minuman, secara umum masyarakat
di Kabupaten Manggarai Timur memiliki tradisi Toto Kopi, yaitu meramal
seseorang dengan menggunakan media kopi, yang dalam bahasa umum dikenal sebagai
pengetahuan Tasseografi. Tradisi ini juga dikenal di masyarakat di Timur
Tengah, Eropa hingga Asia. Tradisi Toto kopi biasanya dilakukan oleh masyarakat
setelah usai menikmati kopi. Setelah air kopi habis, gelas kemudian
ditelungkupkan sehingga ampas kopi yang masih tersisa dalam gelas meninggalkan
jejak garis-garis pada dinding gelas. Jejak garis-garis kopi yang tertinggal
tersebut oleh masyarakat sekitar dianggap sebagi simbol-simbol yang memberikan
informasi mengenai kehidupan di masa lalu, masa kini dan masa depan.Tradisi
Toto Kopi sudah dikenal oleh masyarakat di Manggarai Timur sejak zaman dahulu
hingga saat ini, tetapi tidak diketahui pasti sejak kapan orang di Manggarai
mengenai pengetahuan Tasseografi.
Namun demikian, dari berbagai literasi dapat dipastikan bahwa pengetahuan Tasseografi ini memiliki umur peradaban
yang sama dengan umur sejarah kopi. Dengan demikian, dapat pula dipastikan
bahwa masyarakat di Manggarai telah mengenal tanaman kopi sejak lama.Budidaya
kopi di Manggarai sangat erat dengan budaya adat istiadat Manggarai.
Ritual-ritual adat masih dilestarikan masyarakat Manggarai. Dalam hal ini,
petani kopi Manggarai memegang teguh sejarah budaya Manggarai karena memiliki filosofi budaya yang mendalam, antara lain sebagai
berikut :·
Lea LoseLea lose adalah upacara saat membuka kebun baru, dipimpin tua teno
(ketua adat yang bertanggung jawab dalam urusan tanah ulayat) yang bertujuan
untuk meminta restu para pemilik atau penjaga hutan yang sebentar lagi
dijadikan kebun. Lea lose penting, selain memohon berkat dari nenek moyang,
juga menghindari beo (kampung) dari bala yang mungkin ditimpakan si empunya
hutan.·
Benco RaciSetelah hutan dibuka, biasa disebut rimu (tebang hutan) dan
dibakar, tua teno dan pemilik kebun, mengadakan upacara (adak) benco raci. Adak
ini dibuat sebelum menanam di lahan yang sudah disiapkan. Tujuannya untuk
memohon berkat atas benih baru.·
OliOli adalah adak memohon berkat kesuburan atas seluruh tanaman dari
wura agu ceki (nenek moyang suku).·
PentiRitual adat Penti yaitu upacara adat merayakan syukuran atas hasil
panen yang dirayakan bersama-sama oleh seluruh warga desa.·
Barong WaeRitual Barong Wae, warga kembali akan mengundang roh leluhur
penunggu sumber mata air. Menurut kepercayaan, selama ini roh leluhur itu telah
menjaga sumber mata air, sehingga airnya tak pernah surut.Kopi
Robusta Flores Manggarai berkembang dan dikenal ke berbagai daerah di dalam dan
di luar negeri. Kopi Robusta Flores Manggarai diproduksi oleh
organisasi/lembaga sosial kemasyarakatan lokal, dan merupakan produk
tradisional khas daerah, berdasarkan alasan-alasan berikut ini :1.
Kopi digunakan sebagai pemberian atau
sumbangan dalam acara-acara tertentu di beberapa kegiatan, seperti pernikahan,
pengakuan anak dan ketika seseorang meninggal dunia, maka tetangga, sanak
saudara dapat memberi sumbangan berupa kopi yang akan dikonsumsi selama
kegiatan tersebut.2.
Kopi juga digunakan sebagai obat
penyembuh, misalnya kalau seseorang menderita pening bisa minum kopi, kalau ada
luka kecil berdarah maka kopi juga bisa digunakan sebagai penutup luka. Untuk
orang perempuan yang mengalami kesulitan dalam melahirkan, biasanya anggota
keluarganya memberi minuman kopi manis untuk membantu proses kelahiran bayi.3.
Kopi menjadi minuman tradisional yang
dikonsumsi pada acara-acara tertentu di kehidupan sehari-hari masyarakat
Manggarai dan acara-acara lainnya, misalnya ketika seorang tamu berkunjung,
pertemuan anggota kelompok tani atau organisasi lainya.Setelah
Kemerdekaan, Pemerintah Republik Indonesia melalui Dinas Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui Proyek
Rehabilitasi dan Pengembangan Tanaman Ekspor (PRPTE) tahun anggaran 1978/1979,
Dinas Perkebunan Provinsi NTT mulai berusaha untuk membangkitkan kembali
budidaya Kopi Robusta di Flores. Pertimbangan pengembangan Kopi Robusta di
Flores bukan hanya didasarkan pada kepentingan ekspor, akan tetapi perkebunan
kopi di dataran tinggi Manggarai juga dipandang mempunyai peran strategis dalam
melestarikan fungsi hidrologis. Proyek PRPTE di Flores telah mampu
mengembalikan dan menambah luas areal perkebunan di Flores sehingga produksi
kopi dari Flores mulai meningkat.Pada
akhir tahun 1980-an luas lahan kopi di Flores mencapai sekitar 8.000 Ha, namun peningkatan produksi tersebut
rupanya belum diikuti dengan perolehan mutu yang baik. Untuk mengatasi hal ini
Dinas Perkebunan Provinsi NTT bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia (Puslitkoka) membangun agribisnis Kopi Robusta di Manggarai
dengan pendekatan pemberdayaan kelembagaan di tingkat petani. Dalam kerjasama
ini fungsi Dinas Perkebunan lebih ditekankan pada penggarapan di sektor petani,
sedangkan fungsi Puslitkoka lebih fokus pada penggarapan masalah pasar,
pengawalan teknologi, perbaikan mutu, dan pembangunan sistem agribisnis. Pada
tahun 2006 Puslitkoka telah mulai menjajaki pasar dengan cara mendatangkan
calon pembeli PT. Indokom Citra Persada, Sidoarjo.
Perbaikan
mutu yang mulai mendorong terjadinya perbaikan harga rupanya telah mendorong
petani untuk menanam kopi kembali. Hal ini nampak dari animo petani untuk minta
bantuan bibit kopi kepada pihak Dinas Perkebunan. Semenjak kegiatan
pendampingan pengolahan citarasa yang dilakukan oleh Puslitkoka, mutu dan
citarasa kopi telah berubah. Semakin banyak konsumen yang ingin membeli Kopi
Robusta, dan permintaan ini bisa dipenuhi oleh UPH-UPH yang di fasilitasi oleh
Dinas Perkebunan.
Proses Produksi
1.
Lahan
dan
Persiapan
Lahan2. Bahan
Tanam dan
Pembibitan
3.
Pemeliharaan
Tanaman
Kopi4.
Proses
Pengolahan
Kopi
a) Pengola
han
Kering
Buah
Kopi
Gelondong(Proses
Natural) b) Pengolahan
Ker
ing
den
gan
Pecah Kulit (Proses Pulp Natural)