uploading... 0%
  • Kopi Arabika Kintamani Bali
  • BALI
  • 5 Desember 2008
  • ID G 000000001

Karakteristik

Karakteristik Kopi Kintamani Bali adalah kopi Arabica yang ditanam di dataran tinggi Kintamani dengan ketinggian di atas 900 m dpl, di lereng-lereng gunung berapi Batur yang tanah serta iklimnya sangat mendukung bagi tanaman kopi. Biji kopi Kintamani Bali mutu 1 dengan nilai cacat fisik kurang dari 5 per 30 gr menurut standar  Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Standar Coffee of America (SCAA) yaitu : Kadar Air biji maksimum 12 %, Biji Kopi berwarna  hijau keabu-abuan, Ukuran biji kopi  diameter  16 mm atau lebih besar . Cita RasaPada derajat sangrai sedang (Medium Roast) Kopi Kintamani Bali  menunjukan hasil sangrai yang relative homogen, serta aroma kopi bubuk terkesan manis ada sedikit aroma rempah-rempah. Profil cita rasa. yaitu:, bebas dari cacat cita rasa, rasa asam bersih dari tingkat sedang sampai tinggi , rasa pahit yang yang tidak terdeteksi, mutu dan intensitas aroma yang kuat, kadang rasa buah khususnya jeruk peras.

Lingkungan

Keterkaitan produk dengan faktor alam yaitu Kawasan  Kintamani  terletak di timur laut provinsi Bali, yang merapakan daerah tropis, dengan garis lintang  antara 115º 5 E dan   115º30 E, garis busur 8º10, S dan 8º20 S. Kawasan ini memilki alam pegunungan yang sejuk, yang mencakup lereng dan dataran-dataran bergelombang. Vegetasinya termasuk tanaman hutan, hortikultura dan tanaman pangan serta kopi Arabica. Ketinggian 900-1.550 m, lereng. 0-60%. Curah hujan 2.990 mm/tahun (selama 139 hari) jenis curah hujan  C-D (kering), pembagian curah hujan 4-5 bulan kering/tahun (masa kering Juni-September), 1 bulan lembab /tahun, 6-7 bulan hujan/tahun.Temperatur 15ºC (malam) 22º-26ºC (siang) Kelembaban relative 80-99 %.   Tanah. Bentukan geologis  Qbb  (material tufa dan endapan lahar Buyan Bratan dan Gunung Batur berumur quarter. Jenis tanah Entisol dan Inceptisol (Regusol), Tingkat kesuburan fisik dan kimiawi yang tinggi dengan tekstur Pasir bergeluh, geluh berpasir. Solum  50-120 cm. , Keasaman Sedang. (Data curah hujan dan hasil uji tanah terlampir) 

Batas Wilayah

"Batasan daerah sesuai dengan peta yang tercantum terletak diantara gunung Batur dan Gunung Catur, secara administrative kawasan ini mencakup 16 desa di Kecamatan Kintamani Bangli, Kubutambaha, Sawan dan Petang yang masuk dalam Kabupaten Bangli, Buleleng dan Badung, Peta Kawasan

Sejarah

Sumber-sumber bibliografi menunjukan bahwa kopi telah ditanam di pulai Bali sejak awal tahun 1800-an atau sudah sekitar dua abad yang lalu. Setidaknya di dalam buku Verslag over de Koffiecultuur in Amerika, Azie en Afrika (Laporan tentang Budidaya Kopi di Amerika, Asia dan Afrika) karya KF. van Delden Laerne (1885) disebutkan bahwa pada tahun 1825 telah dilakukan ekspor kopi Arabika dari Jawa sebanyak 10.377 picols (638 t; 1 picol = 61,5210 kg) yang kopinya berasal dari Bali dan Palembang. Dalam laporan tersebut tidak dijelaskan berapa banyak kopi yang berasal dari Bali maupun dari Palembang. Dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa pada tahun 1853 kopi Bali bersama¬-sama dengan kopi dari Sumatera dan Sulawesi diekspor dari Jawa dan Makassar masing-masing sebanyak 69.974 picols (4.305 t) dan 6.000 picols (369 t).Produksi kopi ini berlangsung selama abad 19 namun sebuah penyakit  tanaman (karat daun kopi) menghancurkan perkebunan kopi jawa dan Bali pada akhir abad. Kopi ditanam lagi dibali, khususnya di daerah Kintamani pada awal abad 20 Reputasi Bali sebagai penghasil kopi Arabika diduga mulai memudar sejak penyakit karat daun masuk ke Indonesia (pulau Jawa) pada tahun 1878. Penyakit ini rupanya juga telah menghancukan perkebunan-perkebunan besar kopi Arabika swasta di Bali. Kopi Kintamani Bali diperkirakan mulai dikembangkan lagi pada awal abad ke XX, karena kopi Bali telah dikenal baik di pasaran lokal maupun di Luar Negeri. Hal ini ditegaskan dengan kenyataan bahwa penjajah Belanda menggunakan sampai dengan 13.000 ha di pegunungan Kintamani hanya untuk memproduksi kopi. Kedatangan Jepang pada pertengahan abad ke XX (1942) di Indonesia termasuk di Bali membuat pengurangan lahan kopi karena ada kebijaksanaan Pemerintah Jepang menyiapkan bahan pangan untuk perang, sehingga kopi diganti dengan tanaman jagung.Dengan meletusnya gunung Batur beberapa kali (tahun 1917, 1948 dan 1977) dan disusul dengan meletusnya gunung Agung (tahun 1963) membuat lahan kopi Arabika semakin mengecil. Akibatnya, produksi semakin menurun sehingga nama kopi Kintarnani Bali terutama di pasaran dunia kurang dikenal. setelah pada era tahun 1942 pemerintah penjajah jepang mengurangi lahan penanaman kopi dikurangi untuk kemudian diganti dengan tanaman jagung. Mulai akhir tahun anggaran 1978/1979 Dinas Perkebunan (Disbun) Propinsi Bali mulai berusaha untuk membangkitkan kembali budidaya kopi Arabika di Kintamani melalui Proyek Rehabilitasi dan Pengembangan Tanaman Ekspor (PRPTE). Pada tahun 1990 Harga kopi dunia mencapai harga yang sangat rendah hal ini  berdampak terhadap tekanan harga di tingkat petani, oleh karena itu pada periode ini sebagian petani telah mulai menanam jeruk di areal perkebunan kopi. Sebagian petani menanam secara tumpang sari dan sebagian yang lain mengganti tanaman kopi dengan jeruk dan sayuran.  Saat ini, berkat pengembangan pariwisata di Bali, semakin banyak orang dari luar Bali dan dari mancanegara berdatangan ke Kintamani yang merupakan salah satu dari tempat wisata yang sangat populer di Bali. Hal ini semakin meningkatkan reputasi kawasan ini maupun produk-produknya, khususnya kopi. Para wisatawan ke Kintamani biasanya membeli kopi Kintamani langsung di kawasan ini atau di kota-kota lain yang berdekatan dengan kawasan ini, karena beberapa penyangrai memasok kopi ini ke toko-toko dan supermarket"

Proses Produksi

Proses Penanaman :  Jenis kopi adalah Arabica  dengan varietas Kopyor, S795, & USDA 762, Jarak tanam 2,5 X 2,5 m atau 1,600 pohon/ha, Penaung tetap ditanam diantara pohon kopi, Pemupukan 1 (satu) tahun 2X dengan menggunakan pupuk kandang, juga boleh dengan kompos tanaman sayur, dan sama sekali tidak  diperbolehkan degan pupuk kimia., Pemangkasan kopi dilakukan melalui pemangkasan berbentuk batang tunggal dengan ketinggian sekitar 180 Cm.  disamping awal pangkasan  bentuk, secara rutin juga diadakan pangkas lepas panen, wiwil kasar dan wiwil halus , Pengendalian hama/penyakit dilakukan melalui system PHT dengan memanfaatkan musuh alami dan agensia hayati Penggunaan Pestisida dilarang, Kopi IG Kintamani Bali ditanam dibawah pohon penaung, Diversifikasi perlu direkomendasikan karena adanya dampak positif terhadap kualitas kopi, diantara tanaman kopi rumput liar harus dibersihkan.  Metode Pengolahan : Selama masa Panen, pemetikan dengan tangan yang selektif harus bisa menghasilkan sedikitnya 95 % gelondong merah, dan sebesarnya gelondong kuning, namun sama sekali  tanpa gelondong hijau atau  hitam,   Hasil petik harus diserahkan ke unit pengolah dihari yang sama, dan segera diproses , Gelondong merah disortasi secara manual dengan perambangan, gelondong yang mengapung tidak ikut diolah , Pengelupasan dilakukan dengan mesin atau secara manual dengan menggunakan air  bersih,setelah pengelupasan biji kopi tetap dirambang yang mengapung akan dipisahkan, proses fermentasi dilakukan selama 12 sampai 36 jam. Ahir dari pencucian adalah penjemuran dengan sinar matahari diatas para-para. Penjemuran dilakukan sampai kadar air mencapai 12 %, yang biasanya berlangsung sampai  lebih kurang 14 Hari, Unit-unit pengolah (mesin, tangki untuk fermentasi, kanal dan tanah)    harus dibersihkan setiap hari, tepat setelah pengolahan, Kopi HS kering yang dihasilkan harus disimpan di karung yang baru selama dua bulan minimal ditempat pengelolaan, penyimpanan harus dilakukan didalam ruang kering dan bersih . Metode Penyangraian :  Rekomendasi umum untuk kopi kintamani bali IG adalah dianjurkan untuk penyangraian degan kematangan menengah. (Medium Roast). Pengepakan : Untuk pengepakan (packaging) kopi kintamani bali IG harus menggunakan  kemasan kedap udara dengan tiga lapis pelindung, disarankan menggunakan  katup satu arah (one valve). Metode Kontrol :Kontrol dilakukan mulai dari budidaya sampai dengan pengolahan, yang terdiri dari :- Kontrol Mandiri  : masing-masing produsen harus mengecek bahwa suatu kebun memenuhi aturan Buku Persyaratan.- Kontrol Oleh Subak Abian  : setiap tahun, ketua Subak Abian (atau pengurus Subak Abian) harus meyakinkan bahwa buku persyaratan dipenuhi oleh kebun-kebun anggotanya dan harus melapor kepada Masyarakat Perlindungan Indikasi-Geografis- Kontrol oleh MPIG, setiap tahun , bulan April, MPIG memilih acak 5 SA, dan mengecek pemenuhan Buku Persyaratan di kebun-kebun mereka selama 2 hari/SA*.  Label yang digunakan pada barang dan memuat Indikasi-Geografis   Setiap produk Indikasi Geografis Kopi Arabika Kintamani bali wajib mecantumkan logo sebagai  berikut;

Data tidak ditemukan.

Kembali