Karakteristik
Kopi Arabika
Sumatera Lintong merupakan kopi specialty dengan citarasa excellent yang
memiliki aroma floral, spicy, caramelly, lemony, herba dan earthy yang sangat menarik.
Diproses dari 100% buah kopi arabika yang masak merah sempurna yang dihasilkan
di wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan. Varietas yang banyak digunakan adalah
varietas Sigararutang yang merupakan varietas unggul lokal, Lini S 795, USDA
762 serta
beberapa varietas unggul lokal lainnya seperti Lasuna dan Garunggang.
Lingkungan
Kopi Arabika
Sumatera Lintong hanya dapat dihasilkan dari buah kopi merah masak sempurna
yang dihasilkan dari pertanaman kopi di wilayah dengan ketinggian minimal 1.000 m dpl
di Kecamatan Onanganjang, Sijamapolang, Lintongnihuta, Paranginan, Doloksanggul
dan Pollung di Kabupaten Humbang Hasundutan.
Suhu udara
harian di Kabupaten Humbang Hasundutan berkisar antara 17 °C – 29 °C dengan
rata-rata kelembaban udara sebesar 85,94 %. Sebagian besar wilayah barat dari
Kabupaten Humbang Hasundutan beriklim panas dan wilayah timur yang merupakan
dataran tinggi berhawa dingin. Suhu udara berkisar dari 17 °C- 18 °C pada malam hari
dan 21 – 29 °C pada tengah hari. Perbedaan suhu antara siang dan malam yang cukup
tinggi bermanfaat untuk pembentukan primordial bunga, semakin besar perbedaan
temperatur siang dan malam akan semakin besar rangsangan pembentukan bunga kopi.
Suhu optimum untuk pembentukan bunga kopi adalah 23 °C siang hari dan 17 °C pada
malam hari. Lama penyinaran rata-rata 7 jam dengan intensitas penyinaran 80%.
Kabupaten
Humbang Hasundutan terletak pada garis 2°1’ – 2°28’ Lintang Utara dan 98°10’ – 98°58’ Bujur Timur dan berada di bagian tengah wilayah Provinsi Sumatera Utara pada
ketinggian antara 330 – 2.075 m di atas permukaan laut (dpl). Daerah dengan ketinggian
di atas 2.000 meter umumnya berada pada wilayah pegunungan, seperti Gunung/Dolok
Pinapan.
Batas Wilayah
Batas-batas
wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan sbb:
Sebelah
Timur dengan Kabupaten Tapanuli Utara
Sebelah
Selatan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah
Sebelah
Barat dengan Kabupaten Pakpak Bharat
Sebelah
Utara dengan Kabupaten Samosir
Di Kabupaten
Humbang Hasundutan wilayah dengan ketinggian dibawah 500 m dpl hanya 12 %,
meliputi sebagaian Kecamatan Pakkat, Tarabintang. Wilayah dengan ketinggian
500 – 1.000 m dpl sekitar 36%, meliputi Kecamatan Tarabintang, Baktiraja, sebagian
Kecamatan Pakkat dan Parlilitan. Wilayah dengan ketinggian antara 1.000 – 1.500 m dpl
sekitar 48%, meliputi Kecamatan Doloksanggul, Pollung, Lintonghihuta,
Paranginan, Onanganjang
dan Sijamapolang. Sebagian Kecamatan Pakkat dan Parlilitan berada pada ketinggian
diatas 1.500 m dpl meliputi daerah Gunung Dolok Pinapan. Luas areal yang terletak
diatas ketinggian 1.500 m dpl adalah sektar 3% dari luas wilayah Kabupaten Humbang
Hasundutan.
Sejarah
Tanaman kopi
merupakan tanaman asli dari Ethiopia, meskipun asal tanaman kopi yang pertama kali
ditanam di Indonesia bukan langsung berasal dari Ethiopia, tetapi berasal dari Malabar,
India. Sejarah tanaman kopi di Indonesia dimulai pada tahun 1696 ketika Belanda membawa kopi
dari Malabar ke Jawa. Mereka membudidayakan tanaman kopi tersebut di
Kedawung,
sebuah perkebunan yang terletak dekat Batavia. Namun upaya ini gagal kerena tanaman tersebut
rusak oleh gempa bumi dan banjir.
Upaya kedua
dilakukan pada tahun 1699 dengan mendatangkan stek pohon kopi dari Malabar.
Pada tahun 1706 sampel kopi yang dihasilkan dari tanaman di Jawa dikirim ke negeri
Belanda untuk diteliti di Kebun Raya Amsterdam. Hasilnya sukses besar, kopi
yang dihasilkan
memiliki kualitas yang sangat baik. Selanjutnya tanaman kopi tersebut dijadikan bibit bagi
seluruh perkebunan yang dikembangkan di Indonesia. Belanda pun memperluas areal
budidaya kopi ke Sumatera, Sulawesi, Bali, Timor dan pulau-pulau lainnya di Indonesia.
Tanaman kopi di Indonesia pda saat itu mengalami serangan berat penyakit karat daun. Tahun
1928 bahan tanaman kopi arabika didatangkan dari Etiopia (Abeesynia) yang relatif
toleran terhadap penyakit karat daun dibanding dengan varietas java typical
yang sebelumnya
digunakan.
Di Sumatera
Utara, kopi jenis abeessynia pada mulanya ditanam luas di daerah Mandailing,
sehingga dikenal sebagai Kopi Mandheling. Tanaman kopi tersebut kemudian dibawa oleh
para misionaris Belanda dan sampai ketanah batak toba ditanam di sekitar dataran
tinggi Danau Toba dan dikenal oleh masyarakat lokal sebagai kopi arab. Tanaman kopi ini
berkembang dengan baik di dataran tinggi sekitar Danau Toba. Di wilayah Humbang
Hasundutan tanaman kopi tersebut pertama kalinya ditanam di Desa Paranginan, Kecamatan
Lintongnihuta. Saat ini Desa Paranginan telah menjadi Kecamatan Paranginan. Sampai saat
ini tanaman kopi tua jenis abeesynia masih dapat dijumpai. Tanaman kopi tersebut
telah memiliki umur yang sangat tua.
Proses Produksi
UKopi Arabika Sigararutang mulai berbunga pada sekitar umur 2 tahun. Tanaman ini berbunga dan berbuah sepanjang tahun, dengan demikian masa panenpun mengikuti gelombang musim bunga. Dari bunga sampai petik masak memerlukan waktu 7-12 bulan. Masa panen Kopi Arabika Sumatera Lintong terjadi pada bulan September – Desember panen besar dan panen kecil di bulan Februari-dengan potensi produksi 750 – 1.200 kg biji beras/ ha/ tahun. Pemanenan dilakukan dengan memetik buah yang masak saja, bewarna merah tua agar dapat menghasilkan kopi yang berkualitas. Pemetikan dilakukan berhati-hati agar tidak ada bagian pohon/ cabang/ ranting yang rusak. Sortasi buah dilakukan dengan memisahkan buah masak normal dengan buah-buah lain, seperti buah berlubang, buah busuk, buah hitam, buah mentah, buah kering, dan kotoran. Sortasi antara lain dilakukan secara fisik dan dengan cara merambang buah kopi dalam air. Buah-buahan yang tidak memenuhi syarat, bewarna tidak merah dan mengambang dipisahkan dan diolah tersendiri menjadi kopi dengan kualitas rendah. Buah yang dipanen harus segera diproses pada hari yang sama untuk menghindari terjadinya fermentasi yang dapat menyebabkan munculnya bau apek yang menurunkan mutu kopi.